Pertanyaan kontemporer apakah media digital (khususnya media sosial dan algoritmanya) memajukan demokrasi atau malah sebaliknya menyuburkan otoritarianisme, diangkat kembali oleh Profesor Merlyna Lim dalam kuliah umum di Universitas Paramadina, 8 Mei 2025. Profesor Komunikasi dan Kajian Media di Carleton University, Kanada itu membawakan kuliah bertajuk Media Sosial, Politik dan Aktivisme Digital di Indonesia. Jawaban atas pertanyaan itu bisa pendek, yakni “tidak, media sosial tidak otomatis memajukan demokrasi.” Namun, penjelasan terhadap jawaban singkat itu tidak sederhana, sehingga ia memerlukan durasi tiga jam lebih menyampaikan kuliahnya, termasuk dengan memainkan okulele dan bernyanyi. Prof Lim mengatakan media sosial dengan algoritmanya sejak awal tidak dirancang untuk tujuan politik yang demokratis. Menurut dia, media sosial adalah platform kapitalisme yang dioperasikan berdasarkan logika pemasaran (marketing). Partisipasi politik bukan tujuan utamanya melainkan partisipasi...