Mengapa Orang Segan Mengemukakan Pendapat yang Berbeda Meskipun Dia Yakin Benar
Jawaban terhadap pertanyaan ini tidak mungkin tunggal. Ada banyak penyebab orang memilih diam walaupun ia yakin dirinya benar. Dari tradisi Jawa kita mengenal nasihat “sing waras ngalah.” Artinya yang waras memilih mengalah daripada melayani perdebatan dengan mereka yang salah. Jadi motivasi untuk tidak bersuara adalah menghindari perdebatan atau pertengkaran atau keributan.
Di ranah Ilmu Komunikasi hal ini telah lama menjadi objek perhatian dan studi. Ini melahirkan apa yang kemudian dikenal sebagai teori spiral of silence. Menurut teori ini, orang-orang yang merasa pendapat mereka minoritas dalam suatu isu kontroversial, cenderung lebih enggan mengungkapkan pendapat atau sikapnya di ranah publik tinimbang mereka yang merasa pendapatnya merupakan pendapat kebanyakan.
Mengapa demikian? Penyebabnya manusiawi. Manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial yang termotivasi untuk menghindari pengucilan, ejekan, bahkan perundungan dari masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu ia akan berusaha untuk tidak menampakkan perbedaan atau ketidaksepahamannya jika harus menanggung risiko dikucilkan atau diejek.
Bagaimana seseorang mengetahui bahwa pendapatnya tergolong minoritas? Teori spiral of silence mengatakan orang-orang memantau apa yang menjadi isu arus utama atau pendapat dominan terutama melalui media massa dan sebagian kecil melalui percakapan dengan orang-orang terdekatnya. Manusia pada umumnya menumbuhkan semacam metode baginya untuk mengenali dan mengukur apa yang dia anggap menjadi opini atau pandangan umum. Hal itu penting agar ia mulus menavigasi kehidupan sosial, sehingga tidak terjebak berada di pihak yang dianggap salah (baca: minoritas) saat beropini. Dengan kata lain manusia umumnya memiliki mekanisme dalam pikirannya untuk mendeteksi apa yang dianggapnya sebagai pandangan umum atau opini kebanyakan.
Apakah spiral of silence berbahaya apabila ia menjadi fenomena yang luas? Apa akibatnya bila pendapat yang dianggap bukan pendapat popular dipinggirkan bahkan dibungkam? Kemungkinan yang terjadi adalah mereka yang merasa pendapatnya bertentangan dengan pandangan umum semakin undur dari perdebatan publik. Mereka kian kuat melakukan swasensor, apalagi ketika media massa gagal untuk merepresentasikan perspektif mereka. Meskipun demikian, kemungkinan bahwa pendapat itu akan hilang sepenuhnya kecil. Pendapat minoritas itu tetap hidup meskipun hanya sekelompok kecil saja – yang merupakan inti dari kelompok ini – yang akan terus menyuarakannya.
Tidak dalam semua isu kontroversial spiral of silence terjadi. Tidak dalam semua perdebatan mereka yang merasa pendapatnya berbeda dengan pandangan umum memilih diam dan takut bersuara. Swasensor banyak terjadi ketika isu yang diperdebatkan melibatkan pertanyaan tentang moralitas dan etika. Untuk isu-isu seperti ini, orang cenderung mengambil sikap ‘menyembunyikan warnanya’ karena tidak ingin etika personal dan spiritualnya terungkap. Demikian juga pada isu-isu yang terkait dengan agama, orang cenderung menahan diri ketika merasa pendapatnya bukan pendapat yang dapat dia golongkan sebagai opini orang kebanyakan.
Namun, dalam kondisi-kondisi tertentu orang dapat ‘menembus’ batas pandangan umum tersebut. Berbagai penelitian tentang spiral of silence menunjukkan bahwa adakalanya seseorang berani mengekspresikan pendapatnya walaupun menyadari bahwa pendapatnya bukan opini kebanyakan. Riset menunjukkan kondisi seperti ini terjadi ketika orang merasa sangat yakin atau sangat peduli dengan isu atau topik yang diperdebatkan. Ketika seseorang sangat yakin bahwa ia benar dalam perdebatan itu meskipun pendapatnya minoritas, ia akan bersuara. Dengan demikian dapat dikatakan ada hubungan yang kuat antara keyakinan akan kebenaran opini dengan keberanian mengekspresikannya.
Keberanian untuk menembus pandangan umum sering kali juga dikaitkan dengan doktrin agama atau ideologi politik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengekspresikan opininya karena berdasarkan pada prinsip moral yang kuat, cenderung melihat pandangan umum tidak relevan dengan pilihan untuk melakukan swasensor.
Apa yang saya ungkapkan ini sepenuhnya berasal dari sebuah artikel berjudul Self-censorship, the Spiral of Silence, and Contemporary Political Communication yang ditulis oleh Andrew F. Hayes and Jörg Matthes. Artikel ini terbit sebagai bagian dari buku The Oxford Handbook of Political Communication yang disunting oleh by Kate Kenski and Kathleen Hall Jamieson. Edisi cetaknya diterbitkan oleh Oxford University Press pada tahun 2017 sedangkan edisi online terbit pada tahun 2014. (DOI: 10.1093/oxfordhb/9780199793471.013.31).
Apa relevansi teori spiral of silence dalam kehidupan kita sekarang ini? Banyak yang berpikir spiral of silence adalah teori tentang komunikasi interpersonal, sebuah teori untuk mencari cara bagaimana mengomunikasikan pendapat yang berbeda di tengah pendapat yang kuat dan dianut oleh sebagian besar orang. Namun, menurut Noelle Neumann, yang pertama kali memperkenalkan teori ini pada tahun 1974, spiral of silence adalah teori tentang media dan tentang efek media.
Teori ini sebetulnya menekankan dan memperbarui keyakinan yang sempat melemah bahwa media masih menjadi acuan orang untuk mendeteksi atau memantau apa yang dipandang sebagai pandangan umum atau opini orang kebanyakan. Orang-orang masih menggunakan media untuk mengonstruksi persepsinya tentang apa yang dianggapnya sebagai realitas, dan apa yang merupakan realitas yang dipandang umum atau diterima oleh orang kebanyakan.
“Media massa adalah bagian dari sistem yang digunakan individu untuk memperoleh informasi tentang lingkungan. Untuk semua pertanyaan di luar lingkup pribadinya, ia hampir sepenuhnya bergantung pada media massa untuk mendapatkan fakta dan untuk evaluasinya terhadap iklim opini.”
Itu berarti setiap media dan para wartawan harus cermat untuk memilih dan menyajikan berita karena peranannya sebagai pembentuk pandangan umum atau opini orang kebanyakan. Setiap media maupun wartawan harus terus-menerus bertanya, apakah berita-berita yang disajikan telah membentuk opini orang kebanyakan yang tepat? Apakah pandangan umum yang terbentuk tersebut cenderung membuat opini alternatif semakin sulit muncul dan terus-menerus dipinggirkan?
Eben E. Siadari
Referensi
Hayes, Andrew F., and Jörg Matthes, 'Self-censorship, the Spiral of Silence, and Contemporary Political Communication', in Kate Kenski, and Kathleen Hall Jamieson (eds), The Oxford Handbook of Political Communication, Oxford Handbooks (2017; online edn, Oxford Academic, 13 Jan. 2014), https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780199793471.013.31
Hayes, Andrew F., and Jörg Matthes, 'Self-censorship, the Spiral of Silence, and Contemporary Political Communication', in Kate Kenski, and Kathleen Hall Jamieson (eds), The Oxford Handbook of Political Communication, Oxford Handbooks (2017; online edn, Oxford Academic, 13 Jan. 2014), https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780199793471.013.31

Komentar
Posting Komentar