Empat Cara Gen Z Memahami Berita

Apa itu Berita memiliki pengertian yang berbeda di kalangan Gen Z. Ini terutama bila dibandingkan dengan Gen X dan baby boomers yang memahami berita dalam pengertian tradisional. Mengetahui pandangan Gen Z tentang berita memiliki banyak kegunaan. Dari pemahaman itu akan diperoleh preferensi mereka tentang nilai-nilai berita. Selain itu pengetahuan tentang hal ini dapat membantu media menyusun strategi menggarap segmen pembaca/pemirsa Gen Z.

Dua peneliti dari Universitas Groningen, Belanda, JoĆ«lle Swart dan Marcel Broersma, meneliti hal ini. Riset mereka dipublikasikan dengan judul "What feels like news? Young people’s perceptions of news on Instagram," di jurnal Journalism edisi 2 November 2023.

Responden penelitian ini adalah 111 pengguna Instagram berusia 16 sampai 21 tahun. Penelitian dilakukan dalam tiga gelombang (2020, 2021, 2022) dengan metode wawancara.

Riset mereka menemukan empat cara pandang Gen Z tentang Berita.

1. Cara pandang tradisional. Kelompok ini memahami Berita dalam definisi tradisional yang ketat. Berita harus mengandung nilai-nilai berita seperti magnitude, relevan, memiliki kebaruan dan yang terutama, berasal dari media yang kredibel. Hal terakhir ini mendapat penekanan dari kelompok ini.

2. Cara pandang kompartementalistis. Kelompok ini membedakan Berita berdasarkan gradasinya. Ada yang dianggap benar-benar sebagai Berita, tetapi ada juga yang 'menyerupai' Berita. Berita yang memiliki relevansi dengan kepentingan publik, dipandang sebagai Berita yang lebih tinggi.

3. Cara pandang homogenistis. Lebih longgar dari cara pandang pertama dan kedua, kelompok ini memandang semua informasi sebagai Berita. Termasuk informasi update dari teman-teman dan keluarga, juga informasi yang diproduksi oleh content creator.

4. Cara pandang rekonseptualis. Kelompok ini memandang Berita berdasarkan kebernilaian informasi itu terhadap kepentingan mereka. "Apakah Berita itu bermanfaat bagi saya?", merupakan pertanyaan penting mendefinisikan Berita.

Saya tertarik membayangkan bagaimana media  menyusun strategi berdasarkan riset ini. Paling tidak ada dua strategi yang melintas di pikiran saya.

1. Strategi diferensiasi. Media harus semakin sungguh-sungguh membedakan Berita dengan  'berita semu' atau yang setengah berita yang dihasilkan oleh media-media nonberita. Membangun brand dan menegakkan proses kerja jurnalistik menjadi sangat penting.

2. Strategi Akomodasi.  Ini kebalikan dari yang pertama. Media  mengakomodasi pasar Gen Z dengan turut serta mengemas Berita ala media nonberita. Dewasa ini, misalnya, sudah banyak media mengemas berita via podcast, video pendek dll.

Saya sendiri lebih merindukan media yang berhasil dengan strategi pertama, meskipun tantangannya pasti jauh lebih berat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik yang Membuat Merah Telinga para Jurnalis Televisi

Apa yang Membuat Wartawan Bergembira Menjalankan Pekerjaannya