Resep Panjang Umur Wartawan
Wartawan sering digambarkan sebagai profesi dengan gaya hidup semberono. Namun, di balik cap kurang membanggakan itu, banyak wartawan berumur panjang. Di Indonesia kita bisa menyebut beberapa nama seperti Moechtar, mantan pemred Penjebar Semangat, yang tutup usia di umur 90 tahun, Mochtar Lubis (82 tahun), mantan pemred Indonesia Raya, Rosihan Anwar (88), mantan pemred Pedoman, dan Jacob Oetama (88), mantan pemred Kompas.
Tahun l2023, film dokumenter tentang dirinya, "Rather", ditayangkan di AS. USA Today mewawancarai dia tentang film
tersebut, dan saya sangat menikmati cara Rather merefleksikan kariernya dengan
penuh cinta, bahkan menurut saya, dengan sedikit romantisisme.
Ia tidak
secara eksplisit mengemukakan resep panjang umurnya. Namun secara tersirat ia
menekankan perlunya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga. Acap
kali oleh kecintaan pada panggilan tugas jurnalistik, wartawan mengorbankan
keluarga. Ia pernah melakukan hal itu, tetapi ia tidak menyarankannya ditiru
oleh para wartawan muda.
Beberapa
intisari wawancara itu saya sajikan sbb:
●
Kesabaran mendengarkan sangat penting. Pelajaran
tersulit bagi wartawan adalah kesediaan mendengar dan menahan diri menghujani narasumber dengan
pertanyaan.
●
Tentang masa depan jurnalisme: Dan Rather menilai
Jurnalisme dewasa ini kehilangan kepercayaan. Dulu jurnalisme juga mengalami
erosi kepercayaan. Namun yang terjadi di AS belakangan ini sangat unik. Ada
media tertentu yang jadi alat propoganda politik partai berkuasa. Ini sangat
merusak profesi wartawan.
●
Menurut Dan Rather, jika kita percaya bahwa tugas
Jurnalisme mencari kebenaran, kita harus menyajikan fakta.
● Walau Rather kecewa dengan kenyataan hilangnya kepercayaan pada Jurnalisme, ia optimistis masyarakat AS memiliki ketahanan yang cukup untuk tetap memperjuangkan nilai-nilai terbaik bangsa. Di era AI integritas Jurnalisme akan semakin penting. Sebab akan semakin sulit membedakan yang benar dan tidak. Ini sangat menantang bagi wartawan.
●
Jurnalisme seperti candu. Dan Rather bersyukur
masih dapat hidup hingga saat ini. Bila ia ingat masa mudanya, ia banyak
mengorbankan keluarga (termasuk berangkat ke Afghanistan walaupun keluarga
tidak setuju) demi tugas. Menurut dia, selalu ada alasan untuk merasionalisasi
panggilan jurnalistik tetapi tetap diperlukan keseimbangan.
●
Seandainya ia diberi kesempatan lagi menjadi muda,
hal hal yang ingin ia lakukan dengan lebih baik adalah mewawancarai kembali
Wakil Presiden George H. W. Bush. Dan seandainya dapat diulangi, dia ingin
mewawancarainya tidak secara
live. (Catatan: wawancaranya dengan Bush pada 1988 tentang Iran-Contra
menjadi kontroversial saat itu).

Komentar
Posting Komentar