Resep Panjang Umur Wartawan

 

Wartawan sering digambarkan sebagai profesi dengan gaya hidup semberono. Namun, di balik cap kurang membanggakan itu, banyak wartawan berumur panjang. Di Indonesia kita bisa menyebut beberapa nama seperti Moechtar, mantan pemred Penjebar Semangat, yang tutup usia di umur 90 tahun, Mochtar Lubis (82 tahun), mantan pemred Indonesia Raya, Rosihan Anwar (88), mantan pemred Pedoman, dan Jacob Oetama (88), mantan pemred Kompas.

 Walau saya tidak lagi muda, semangat itu masih dapat saya rasakan saat membaca wawancara USA Today edisi 14 Juni 2023 dengan Dan Rather, yang di masa mudanya dikenal sebagai wartawan dan anchor CBS Evening News. Saat diwawancarai oleh USA Today, umurnya 91 tahun -- 70 tahun diantaranya dihabiskan sebagai wartawan. Ia telah meliput banyak peristiwa penting: pembunuhan JF Kennedy, Perang Vietnam, hingga Skandal Watergate. Reputasi itu membuat dirinya disebut dewanya wartawan AS.

Tahun l2023, film dokumenter tentang dirinya"Rather", ditayangkan di AS. USA Today mewawancarai dia tentang film tersebut, dan saya sangat menikmati cara Rather merefleksikan kariernya dengan penuh cinta, bahkan menurut saya, dengan sedikit romantisisme.


Ia tidak secara eksplisit mengemukakan resep panjang umurnya. Namun secara tersirat ia menekankan perlunya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga. Acap kali oleh kecintaan pada panggilan tugas jurnalistik, wartawan mengorbankan keluarga. Ia pernah melakukan hal itu, tetapi ia tidak menyarankannya ditiru oleh para wartawan muda.

Beberapa intisari wawancara itu saya sajikan sbb:

Kesabaran mendengarkan sangat penting. Pelajaran tersulit bagi wartawan adalah kesediaan mendengar dan menahan diri menghujani narasumber dengan pertanyaan.

Tentang masa depan jurnalisme: Dan Rather menilai Jurnalisme dewasa ini kehilangan kepercayaan. Dulu jurnalisme juga mengalami erosi kepercayaan. Namun yang terjadi di AS belakangan ini sangat unik. Ada media tertentu yang jadi alat propoganda politik partai berkuasa. Ini sangat merusak profesi wartawan.

Menurut Dan Rather, jika kita percaya bahwa tugas Jurnalisme mencari kebenaran, kita harus menyajikan fakta.

Walau Rather kecewa dengan kenyataan hilangnya kepercayaan pada Jurnalisme, ia optimistis masyarakat AS memiliki ketahanan yang cukup untuk tetap memperjuangkan nilai-nilai terbaik bangsa. Di era AI integritas Jurnalisme akan semakin penting. Sebab akan semakin sulit membedakan yang benar dan tidak. Ini sangat menantang bagi wartawan.

Jurnalisme seperti candu. Dan Rather bersyukur masih dapat hidup hingga saat ini. Bila ia ingat masa mudanya, ia banyak mengorbankan keluarga (termasuk berangkat ke Afghanistan walaupun keluarga tidak setuju) demi tugas. Menurut dia, selalu ada alasan untuk merasionalisasi panggilan jurnalistik tetapi tetap diperlukan keseimbangan.

Seandainya ia diberi kesempatan lagi menjadi muda, hal hal yang ingin ia lakukan dengan lebih baik adalah mewawancarai kembali Wakil Presiden George H. W. Bush. Dan seandainya dapat diulangi, dia ingin mewawancarainya tidak secara live. (Catatan: wawancaranya dengan Bush pada 1988 tentang Iran-Contra menjadi kontroversial saat itu).

Eben E. Siadari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik yang Membuat Merah Telinga para Jurnalis Televisi

Apa yang Membuat Wartawan Bergembira Menjalankan Pekerjaannya