Seperti Apa Contoh Berita yang Membuat Orang Mengantuk Jadi Terjaga

Kalau Anda penggemar setia rubrik 'Nah Ini Dia' koran Pos Kota, Anda pasti mengerti seperti apa berita yang membuat orang sedang mengantuk jadi terjaga. 'Nah Ini Dia' memesona pembacanya dengan kombinasi cara bercerita yang intim, pilihan kata yang jenaka, dan kepiawaian mengemas detil kisah yang agak saru menjadi aman dan lolos sensor.

Berita tentang riset ekonomi tentulah tidak mungkin mampu 'segenit' kisah-kisah di 'Nah Ini Dia.' Namun jangan salah, sesekali ia bisa juga tiba-tiba membuat mata seperti terkesiap karena terkejut, setengah tidak percaya, sekaligus penasaran. Memang tidak ada bumbu-bumbu kata figuratif seperti judul khas 'Nah Ini Dia' (Misalnya, "Rumput Hijau Non Standar FIFA Nyaris Kena 'Linggis' Tetangga" atau "Bakso Juragan Lebih Lezat Kios Bakso Tutup Lebih Cepat"). Namun berita ekonomi yang disajikan di Financial Times sukses membuat saya terbangun dari kantuk.

Berita tersebut menyajikan riset empat peneliti yang kesimpulannya terkesan menyeleneh. Para peneliti itu menemukan fakta unik di salah satu dari 741 kota di AS . Di sana ditemukan bahwa pertambahan jumlah pengangguran justru berkorelasi dengan penurunan jumlah kematian. Lebih detilnya, setiap pertambahan jumlah pengangguran satu persen poin berkolerasi dengan penurunan angka kematian sebesar 0,5 persen poin. Jadi jika resesi ekonomi membuat pengangguran meningkat 5 persen poin, angka kematian di wilayah itu turun sebesar 2 persen. Atau seperti yang dituliskan oleh peneliti, "Resesi ekonomi memberi kepada satu dari setiap 25 orang berusia 55 tahun tambahan umur."

Angka pengangguran sering dipandang sebagai simbol kemerosotan ekonomi. Itu berarti meningkatnya pengangguran akan menyebabkan penurunan kualitas hidup dan pada ujungnya menambah jumlah angka kematian. Namun, mengapa riset ini justru menunjukkan hal sebaliknya, bahwa angka kematian turun saat angka pengangguran bertambah?

Berbagai studi sebelumnya telah menghasilkan penjelasan atas fenomena semacam ini. Ada yang menghubungkannya dengan semakin berkurangnya tingkat stres ketika orang tidak lagi bekerja. Orang yang berhenti kerja cenderung mengurangi rokok dan mengurangi konsumsi junk food, serta semakin rajin olah raga. Di masa resesi penularan penyakit juga cenderung turun. Ini menjadi penjelasan yang banyak digunakan untuk 'menghibur' kesedihan akibat tertimpa resesi.

Namun, para ekonom di balik riset ini lebih condong pada alasan lain. Menurut mereka turunnya angka kematian di masa resesi lebih berkaitan dengan turunnya polusi udara diakibatkan menurunnya aktivitas ekonomi. Mereka mengestimasi penurunan polusi udara mengurangi sepertiga angka kematian.

Penelitian ini dikerjakan oleh Amy Finkelstein, Matthew Notowidigdo, Frank Schillbach dan Jonathan Zhang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik yang Membuat Merah Telinga para Jurnalis Televisi

Apa yang Membuat Wartawan Bergembira Menjalankan Pekerjaannya