Bagaimana Mengatur Suara Saat Berpidato

Saya masih terus belajar berbicara di depan kelas. Saya merasa sangat kurang dalam hal ini. Selama dua tahun saya pernah menjadi asisten motivator Guru Etos Indonesia, Jansen Sinamo, berkeliling ke lebih dari 10 provinsi di Indonesia menjalankan training etos kerja profesional. Saya banyak belajar dari sana. Selain itu saya juga mengusahakan berlatih secara mandiri, mempelajari literatur, dan ikut kelas online. Saya menyadari, pe-er saya masih banyak.

Di samping untuk menambal kekurangan, saya mempelajari 'public speaking' dengan satu tujuan lain. Saya ingin mengadopsi dan mengapropriasi praktik lisan ke praktik menulis. Sebab bagaimana pun, tulisan adalah pantulan dari lisan. Semakin tepat tulisan meringkus lisan, semakin tepat pesan yang disampaikan. Seharusnya banyak yang dapat ‘diterjemahkan’ dari praktik lisan ke bertutur tertulis.


Maka saya mengikuti pelatihan online bertopik “Finding Your Professional Voice: Confidence and Impact” yang disediakan oleh Royal Central School of Speech and Drama University of London melalui platform Coursera. Pelatihan ini bertujuan menolong peserta menemukan ‘suara' sendiri dengan percaya diri dan menciptakan dampak. Empat bidang yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta adalah memiliki kesadaran akan suara diri sendiri, menemukan suara di dalam tubuh sendiri dan maknanya, menemukan cara mengakses bahasa, dan membuat dampak yang lebih berarti bagi audiens. 

Dosen utama pelatihan ini Jane Boston, dibantu Emmy Broomfield dan Graham D. Souza. Pelatihan berdurasi sembilan jam. Saya memperoleh skor 98,87 (skor minimal untuk lulus: 80) dengan harus mengulang beberapa ujian.

Saya ingin membagikan salah satu bagian training, yaitu praktik berpidato oleh Graham D. Souza. Ia menekankan lima elemen berkaitan dengan suara saat berbicara di depan publik.

Artikulasi. Bagaimana kata demi kata diucapkan saat berbicara? Dapatkah pendengar memahami semua kata yang diucapkan oleh si pembicara?

Kecepatan. Seberapa cepat pembicara menyampaikan kata demi kata? Bagaimana kecepatan tersebut memengaruhi pendengar menerimanya? Saat berlatih, pelajari kecepatan yang nyaman bagi Anda, dan bagi pendengar.

Pitch, atau nada. Ketika berbicara manusia menghasilkan irama atau 'musik' di telinga pendengar. Karena itu pembicara harus memainkan dan mengelola ‘musik’ ini. Kapan berbicara datar, kapan dengan nada bervariasi.

Jeda. Kapan berhenti cukup lama, kapan berhenti sejenak, memberi dampak bagi pendengar. Pembicara harus berlatih untuk memastikan bahwa hal itu menambah kemampuan pendengar memahami pembicara.

Kata-kata kunci. Pembicara perlu memberi penekanan terhadap kata-kata kunci pidatonya, antara lain dengan gestur, misalnya, dengan memelototkan mata, mengangkat tangan, atau menunduk.

Sambil berlatih, saya terus berpikir, bagaimana mengadopsi hal ini dalam praktik menulis.

Eben E. Siadari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik yang Membuat Merah Telinga para Jurnalis Televisi

Apa yang Membuat Wartawan Bergembira Menjalankan Pekerjaannya