Apa Istimewanya sehingga Majalah Time Menurunkan Edisi Khusus tentang Kucing
Lebih dari 46 juta rumah tangga AS memelihara kucing. Dalam kata-kata majalah Time, mereka jatuh cinta pada hewan misterius ini. Angka ini tampaknya membuat Time merasa perlu mengangkat kucing sebagai tema edisi khusus bulan Agustus 2024.
Berbagai sisi kehidupan kucing dibahas dalam edisi khusus berjudul "Cats, The Feline Life". Begitu juga perilaku manusia pencinta kucing.
Saya yang termasuk pencinta kucing -- kucing kami bernama BB, putih bertotol hitam dengan cemong gelap di mulutnya -- cukup terkesima membacanya karena mendapat banyak pemahaman baru. Misalnya, selama ini yang saya pahami kucing adalah hewan yang lebih awal mengalami domestikasi dibanding hewan peliharaan lain, misalnya, anjing. Ternyata tidak.
Kucing mengalami domestikasi lebih belakangan daripada anjing. Domestikasi anjing juga lebih serius. Anjing diharapkan dapat memainkan berbagai fungsi membantu manusia sedangkan kucing lebih dimaksudkan sebagai 'pajangan'. Ini penyebab mengapa kucing terkesan misterius: terkadang manja tak terkira-kira, kala lain terkesan liar, dan pada saat lain seperti penyendiri yang tak mau diganggu.
Time mencuplik beberapa penjelasan John Bradshaw dalam bukunya "Cat Sense" (2013) yang menarik. Buku itu menerangkan bahwa kucing tidak pernah dibiakkan untuk fungsi tertentu selain untuk tujuan dipajang agar terlihat cantik. Akibatnya kucing kurang dijinakkan dibandingkan ras anjing yang dirancang manusia untuk membantu pekerjaan domestik.
Lebih jauh dijelaskan pula bahwa interaksi kucing dengan pemiliknya sesungguhnya lebih bersifat naluriah ketimbang interaksi yang didasarkan pada perilaku yang dilatihkan. Misalnya, ketika seekor kucing meremas tubuh tuannya, itu bukan sinyal tertentu kepada sang tuan, melainkan perilaku alamiah seekor kucing yang dimaksudkan untuk meremas perut ibunya.
Di mata kucing, pemiliknya bukan tuan yang berkuasa penuh atas hidupnya. Kucing memandang manusia sebagai rekan sesamanya, hanya saja memiliki badan raksasa yang ia sendiri tidak mengerti mengapa begitu. Bila kucing menggosok kaki atau tangan kepada tuannya, itu adalah cara kucing memperlakukan manusia sebagai kucing lain yang disukainya.
Ketimbang sebagai tuan, di mata kucing kita seperti teman sekamarnya. Maka jangan heran bila kadang-kadang ia datang dan pergi sesukanya. Acap kali pergi sangat lama. Namun kala lain ia bisa begitu mesra: bergelayut di pangkuan, berguling-guling mencari perhatian, tidur di samping Anda semalaman, dan bahkan mengekor kemana-mana termasuk menunggui Anda saat di toilet.
Berbagai sisi kehidupan kucing dibahas dalam edisi khusus berjudul "Cats, The Feline Life". Begitu juga perilaku manusia pencinta kucing.
Saya yang termasuk pencinta kucing -- kucing kami bernama BB, putih bertotol hitam dengan cemong gelap di mulutnya -- cukup terkesima membacanya karena mendapat banyak pemahaman baru. Misalnya, selama ini yang saya pahami kucing adalah hewan yang lebih awal mengalami domestikasi dibanding hewan peliharaan lain, misalnya, anjing. Ternyata tidak.
Kucing mengalami domestikasi lebih belakangan daripada anjing. Domestikasi anjing juga lebih serius. Anjing diharapkan dapat memainkan berbagai fungsi membantu manusia sedangkan kucing lebih dimaksudkan sebagai 'pajangan'. Ini penyebab mengapa kucing terkesan misterius: terkadang manja tak terkira-kira, kala lain terkesan liar, dan pada saat lain seperti penyendiri yang tak mau diganggu.
Time mencuplik beberapa penjelasan John Bradshaw dalam bukunya "Cat Sense" (2013) yang menarik. Buku itu menerangkan bahwa kucing tidak pernah dibiakkan untuk fungsi tertentu selain untuk tujuan dipajang agar terlihat cantik. Akibatnya kucing kurang dijinakkan dibandingkan ras anjing yang dirancang manusia untuk membantu pekerjaan domestik.
Lebih jauh dijelaskan pula bahwa interaksi kucing dengan pemiliknya sesungguhnya lebih bersifat naluriah ketimbang interaksi yang didasarkan pada perilaku yang dilatihkan. Misalnya, ketika seekor kucing meremas tubuh tuannya, itu bukan sinyal tertentu kepada sang tuan, melainkan perilaku alamiah seekor kucing yang dimaksudkan untuk meremas perut ibunya.
Di mata kucing, pemiliknya bukan tuan yang berkuasa penuh atas hidupnya. Kucing memandang manusia sebagai rekan sesamanya, hanya saja memiliki badan raksasa yang ia sendiri tidak mengerti mengapa begitu. Bila kucing menggosok kaki atau tangan kepada tuannya, itu adalah cara kucing memperlakukan manusia sebagai kucing lain yang disukainya.
Ketimbang sebagai tuan, di mata kucing kita seperti teman sekamarnya. Maka jangan heran bila kadang-kadang ia datang dan pergi sesukanya. Acap kali pergi sangat lama. Namun kala lain ia bisa begitu mesra: bergelayut di pangkuan, berguling-guling mencari perhatian, tidur di samping Anda semalaman, dan bahkan mengekor kemana-mana termasuk menunggui Anda saat di toilet.

Komentar
Posting Komentar