Membaca Judul Berita dengan Rasa Bahasa



Rasa bahasa sering digambarkan sebagai tanggapan indrawi kita atas kata dan bahasa. Ia bisa bersifat subjektif. Latar belakang sosiologis juga dapat berpengaruh.

Saya membaca Kontan edisi 16 April 2024 dengan rasa bahasa seorang yang dibesarkan dalam lingkungan berbahasa Batak Toba dan Simalungun. Judul berita "Kobol-kobol Subsidi Energi Saat Harga Tinggi" sangat menggoda.

Bagi orang Batak seusia saya, kata kobol-kobol (KK) cukup akrab karena di masa kecil ada sebuah lagu Batak yang popular dengan lirik mengandung kata itu. Dulu kami menganggapnya lucu, tapi belakangan saya menyadari lagu itu bertendensi body shaming.

Menurut Mathias Sitorus dkk dalam buku Sistem Kata Benda dan Kata Sifat dalam Bahasa Batak Toba (1986) KK dalam Bahasa Toba memiliki arti gemuk seperti tong. Sebutan KK sering disematkan pada orang yang berbadan ekstrasubur dengan konotasi jenaka.

Dengan rasa bahasa demikianlah saya memaknai KK dalam judul berita Kontan. "Kobol-kobol Subsidi Energi di Saat Harga Tinggi" saya tafsirkan sebagai upaya menggambarkan gemuknya subsidi energi, dalam nuansa melucu.

Harga minyak dunia memang berpotensi naik tinggi bila terjadi eskalasi pertikaian Iran-Israel. Pemerintah berkemungkinan menanggung subsidi energi yang jauh lebih besar di masa mendatang. Dalam berita disebutkan bila harga minyak mentah Indonesia (ICP) naik ke US$100/barrel dengan kurs Rp15.900/US$, subsidi dan kompensasi BBM serta subsidi elpiji 3 kg akan 'menggemuk' menjadi Rp272,87 triliun dari yang dianggarkan di APBN sebesar Rp160,91 triliun. Ia membengkak menjadi Rp404,21 triliun jika harga minyak US$110/barrel.

Semula saya berharap ada penjelasan di badan berita bahwa KK berasal dari Bahasa Toba. Ternyata tidak. Saya menjadi malu sendiri karena kege-eran menyangka KK hanya ada pada bahasa Toba. Saat saya membuka KBBI, lema KK memang ada dan arti KK menurut KBBI adalah kehabisan (uang). Dengan pengertian ini, judul berita di atas lebih tepat dimaknai sebagai "Kehabisan Uang (untuk) Subsidi Energi kala Harga Tinggi." Yang ditekankan adalah risiko kenaikan harga minyak bukan magnitude subsidi seperti yang dimaknai KK Bahasa Toba.

Kamus Bahasa Jawa Indonesia (KBJI) online menyebutkan arti KK adalah kehilangan uang banyak. Sedangkan pada artikel di Jurnal Pendidikan Tambusai Volume 6 No 2 tahun 2022 berjudul "Register Berbentuk Nomina pada Pedagang Pakaian di Pasar Pagi Kota Tegal" arti KK adalah rugi.

Meskipun tidak semua pembaca mengerti arti KK, saya dapat memahami bila redaksi Kontan merasa tidak perlu menjelaskannya. Kata KK ternyata sudah lama mereka pakai. Pada sebuah berita 18 Desember 2014 berjudul "Pukulan Telak Bahan Baku Impor" Kontan memakai kata KK dalam paragraf "Dengan ketergantungan bahan baku impor hingga 95%, mau tidak mau, mereka harus menaikkan harga. Strategi ini jadi satu-satunya pilihan agar keuntungan bisnis tak kobol-kobol...."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik yang Membuat Merah Telinga para Jurnalis Televisi

Apa yang Membuat Wartawan Bergembira Menjalankan Pekerjaannya