30 Hal yang Membuat Pembaca Mengklik atau Tidak Mengklik Judul Berita


Saya berharap judul ini cukup memancing rasa ingin tahu Anda sehingga mengeklik dan membaca catatan ini. Jika tidak, saya telah gagal memilih judul 

Puluhan bahkan ratusan judul yang senada dengan ini  mungkin telah pernah Anda baca. Sebagian pernah membuat Anda kecewa karena tak menyajikan apa yang dijanjikan. Namun, bahwa Anda masih terus mengeklik dan membaca tulisan dengan pesan semacam ini, saya pandang sebagai persistensi yang kuat untuk menemukan cara membuat judul yang hebat. Terimakasih sudah bersedia mengeklik judul dan isi catatan ini.  Kita berada di frekuensi yang sama, sesama pemburu judul seru.

Catatan ini saya buat setelah membaca artikel riset berjudul "What Clicks Actually Mean: Exploring Digital News User Practices," di jurnal Sage Journal  Volume 19 Issue 5, Mei 2018. Penulis artikel riset ini adalah  Tim Groot Kormelink, kandidat PhD  Journalism di Journalism Studies  Vrije Universiteit Amsterdam dan  Irene Costera Meijer, profesor Journalism Studies pada universitas yang sama. 

Tema riset mereka sebetulnya tidak tergolong baru, yaitu melacak judul yang disukai pembaca. Yang menarik dari riset ini ialah pendekatan yang agak berbeda untuk menjawab pertanyaan klasik tersebut.

Pertama, riset ini berangkat dari persepsi pembaca. Selama ini ulasan yang sering kita temukan ialah judul yang disukai pembaca dirumuskan menurut idealisasi tertentu, atau berdasarkan teori tertentu, atau menurut pendapat redaksi. Pendekatan semacam ini bias pada sisi kreator -- si pembuat judul -- sedangkan riset ini sepenuhnya bersandar pada selera pembaca.

Kedua, peneliti menekankan pada keinginan pembaca untuk mengklik judul -- bukan keinginan membaca berita. Mengeklik sebuah judul melampaui sekadar membaca. Di era digital saat ini, meminta pembaca mengeklik sesuatu memerlukan effort khusus. Oleh karena itu riset ini membawa dimensi yang lebih dalam  mengenai keinginan membaca berita dengan mengeklik judul, karena menyangkut aspek kognitif, afektif dan praktis.

Ketiga, dalam mengumpulkan data, penelitian ini tidak hanya mewawancarai responden tentang alasan mereka mengklik atau tidak mengklik judul berita, tetapi juga melacak kebiasaan mereka berselancar di mesin pencari untuk menjaring faktor-faktor yang secara sadar atau tidak sadar menggugah mereka. Menurut saya ini merupakan hal yang penting.

Penelitian ini menemukan 30 alasan mengapa pembaca mengklik atau tidak mengeklik judul sebuah berita. Alasan tersebut dibagi menjadi tiga rumpun yaitu (1) alasan yang berdasarkan pertimbangan kognitif, (2) alasan berdasarkan pertimbangan afektif, dan (3) alasan berdasarkan pertimbangan pragmatis.

Berikut ini 30 alasan tersebut:

Alasan Mengklik Berita Berdasarkan Pertimbangan Kognitif:

  1. Recency: kebaruan, (judul) berita menyajikan informasi baru.
  2. Importance: penting, pembaca merasa harus tahu (bukan hanya karena ingin tahu) isu yang diberitakan.
  3. Personal relevance: pembaca menganggap berita itu memiliki relevansi secara personal dengan kehidupannya sehari-hari.
  4. Geographical  proximity: pembaca menilai judul berita menceritakan peristiwa yang memiliki kedekatan geografis  dengan dirinya.
  5. Cultural proximity: pembaca menilai judul berita menceritakan peristiwa yang memiliki kedekatan geografis dengan dirinya.
  6. Follow up stories: pembaca menilai judul memberi informasi lanjutan dari berita sebelumnya.
  7. Unexpected: judul yang menyajikan kejutan, ketidakterdugaan.
  8. More detail on particular: judul yang menyajikan rincian pada hal tertentu.
  9. Join in conversation: judul yang mengundang pembaca ikut nimbrung.
  10. Had their opinion: judul yang diklik oleh pembaca karena merasa memiliki opini tentang berita dimaksud.
  11. New perspective: judul memberi sudut pandang baru, misalnya, mengupas dari sisi lain yang tidak diungkap oleh media lain.
  12. Participatory perspective: judul berita membangkitkan keinginan pembaca untuk mengalami peristiwa yang diberitakan.
  13. Ring a bell: Judul berita memicu pikiran pembaca kepada sosok atau topik yang dianggap penting, misalnya, menyangkut selebriti.

Alasan Tidak Mengklik Berita Berdasarkan Pertimbangan Kognitif:
  1. This is logical: Judul terlalu logis, tidak ada yang mengherankan.
  2. Already know: judul hanya menyajikan informasi yang sudah diketahui.
  3. Supersaturation: judul berisi informasi yang sudah berulang-ulang disajikan.
  4. Just an opinion: judul lebih bersifat opini daripada fakta.
  5. Disjoint news fact: judul yang informasinya tanggung atau menggantung, padahal pembaca menginginkan akhir dari cerita/peristiwa.
  6. Informationally complete: kebalikan dari yang disebutkan sebelumnya, judul yang terlalu lengkap juga membuat pembaca tidak mengklik, karena menganggap infonya sudah jelas.
  7. Associative gap: topiknya sebetulnya diminati pembaca, namun judul dirasakan tidak 'nyambung'. 
Alasan Mengklik Berdasarkan Pertimbangan Afektif:
  1. Feel-good: Judul membuat pembaca merasa senang.
  2. Visual appeal:Judul dengan visual yang menarik.

Alasan Tidak Mengklik Berdasarkan Pertimbangan Afektif:

  1. Disheartenment: judul membuat pembaca sedih.
  2. Bemusement: Judul membingungkan.
  3. Bullshit: Judul mengada-ada.
  4. Categorical rejection: Penolakan serta-merta karena topiknya tidak disukai.
  5. Gleeful annoyance: Judul membuat pembaca gusar.

Alasan Tidak Mengklik Berita Berdasarkan Pertimbangan Pragmatis:

  1. Disruption. Pembaca khawatir akan terdisrupsi oleh, misalnya, iklan.
  2. Data-heaviness: berita dengan volume data yang 'berat' sehingga pembaca khawatir kuota internetnya tersedot.
  3. Does not fit routine:  Timing munculnya berita tidak cocok dengan rutinitas pembaca.

Kedua peneliti menekankan bahwa penelitian mereka dimaksudkan untuk memperlihatkan 'peta' sebaran alasan mengklik atau tidak mengklik sebuah judul berita, tetapi tidak melacak distribusi alasan tersebut. Karena itu riset tidak menjelaskan alasan mana yang paling banyak muncul.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik yang Membuat Merah Telinga para Jurnalis Televisi

Apa yang Membuat Wartawan Bergembira Menjalankan Pekerjaannya