Konten yang Menghibur versus Konten yang Menginspirasi, Mana yang Lebih Memikat
Konten dengan tujuan utama menghibur, semisal film komedi atau film yang happy ending sempurna, sering dipandang berpengaruh positif dramatis dan segera pada audiens. Sebaliknya dengan konten yang tujuan utamanya menginspirasi. Efek kegembiraan yang ditimbulkannya memerlukan penalaran rasional untuk diterima sebagai inspirasi .Meskipun tidak dramatis, pengaruh konten yang menginspirasi dinilai tertanam lebih lama di benak audiens. Berbeda dengan konten yang menghibur, yang kesannya dianggap cepat berlalu.
Perbedaan tujuan konten ini menjadi ancangan ilmuwan dari Michigan State University, Joshua Baldwin dan Gary Bente dalam penelitian mereka "The Winner Doesn’t Take It All: Analyzing Audience Responses to an Inspirational Sports Narrative." Riset itu dimuat di jurnal Media and Communication, Volume 9 tahun 2021.
Mereka menguji perbedaan dua jalur itu dalam mempengaruhi audiensnya. Cerita menghibur disebut konten hedonis, meminjam istilah filsafat etika, yang menggambarkan tujuan manusia mengejar kesenangan. Sementara cerita menginspirasi disebut konten eudaimonik, yang menggambarkan tujuan manusia mengejar hidup bermakna.
Kedua peneliti menggunakan metodologi yang kompleks, termasuk menggabungkan beberapa ukuran psiko-fisiologis (seperti ukuran detak jantung) dan pengakuan langsung responden yang terdiri dari 84 mahasiswa. Responden diminta menonton film Rocky I (konten eudaimonik) dan Rocky II (konten hedonis).
Rocky I memiliki akhir cerita yang tidak sepenuhnya happy ending. Pemeran protagonis tidak menyelesaikan semua tujuannya. Ia kalah dalam pertarungan, namun mendapatkan cinta dan kekaguman, yang oleh banyak kalangan dipuji sebagai film yang inspiratif.
Rocky II merupakan film dengan happy ending sempurna. Pemeran protagonis menyelesaikan semua tujuannya (yaitu, memenangkan pertarungan) dengan tuntas. Musuhnya ditaklukkan satu per satu.
Beberapa take away dari riset ini sbb:
Eben E. Siadari
Perbedaan tujuan konten ini menjadi ancangan ilmuwan dari Michigan State University, Joshua Baldwin dan Gary Bente dalam penelitian mereka "The Winner Doesn’t Take It All: Analyzing Audience Responses to an Inspirational Sports Narrative." Riset itu dimuat di jurnal Media and Communication, Volume 9 tahun 2021.
Mereka menguji perbedaan dua jalur itu dalam mempengaruhi audiensnya. Cerita menghibur disebut konten hedonis, meminjam istilah filsafat etika, yang menggambarkan tujuan manusia mengejar kesenangan. Sementara cerita menginspirasi disebut konten eudaimonik, yang menggambarkan tujuan manusia mengejar hidup bermakna.
Kedua peneliti menggunakan metodologi yang kompleks, termasuk menggabungkan beberapa ukuran psiko-fisiologis (seperti ukuran detak jantung) dan pengakuan langsung responden yang terdiri dari 84 mahasiswa. Responden diminta menonton film Rocky I (konten eudaimonik) dan Rocky II (konten hedonis).
Rocky I memiliki akhir cerita yang tidak sepenuhnya happy ending. Pemeran protagonis tidak menyelesaikan semua tujuannya. Ia kalah dalam pertarungan, namun mendapatkan cinta dan kekaguman, yang oleh banyak kalangan dipuji sebagai film yang inspiratif.
Rocky II merupakan film dengan happy ending sempurna. Pemeran protagonis menyelesaikan semua tujuannya (yaitu, memenangkan pertarungan) dengan tuntas. Musuhnya ditaklukkan satu per satu.
Beberapa take away dari riset ini sbb:
- Setelah menikmati cerita hedonis (Rocky II) responden merasa lebih positif secara drastis oleh kisah pemeran protagonisnya. Sementara setelah menikmati konten eudaimonik (Rocky I) responden juga merasakan peningkatan pengaruh positif namun tidak sedramatis cerita hedonis.
- Indikator fisiologis menunjukkan skor afektif responden meningkat selama keseluruhan pertarungan yang bernada hedonis dibandingkan yang bernada eudaimonik.
- Responden menilai versi hedonis lebih menegangkan, yang menunjukkan bahwa kesenangan yang mereka peroleh memiliki kaitan dengan sensasi. Ini tidak terjadi ketika mereka menikmati konten eudaimonik.
- Ketika dan sesudah menikmati cerita eudaimonik responden menyatakan cenderung terinspirasi berolahraga. Hal ini memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan cerita eudaimonik dapat menginspirasi dan memotivasi orang untuk terlibat dalam perilaku meningkatkan kualitas diri.
Eben E. Siadari

Komentar
Posting Komentar