Jas Hujan untuk Wartawan

Hujan pagi hari sering membuat gundah pejuang keluarga yang hendak berangkat kerja. Termasuk para wartawan. Berangkat dari rumah berbagai langkah mitigasi harus dilakukan:
  • bagaimana melindungi pakaian agar tidak basah;
  • rute mana yang harus ditempuh agar tidak terjebak genangan air dan macet;
  • berdoa agar kereta commuter berangkat sesuai jadwal, tidak ada kendala karena pohon tumbang atau gangguan persinyalan.

Saya lalu teringat pada Petrus Kanisius (P.K.) Ojong. Ia salah seorang pendiri Kompas dan menjabat sebagai pemimpin umum Gramedia di masa hidupnya.

Biografinya yang ditulis oleh wartawan Kompas Helen Ishwara, mengisahkan bagaimana kepeduliannya pada kesehatan wartawan dan karyawan. Dalam buku "Hidup Sederhana Berpikir Mulia: P.K. Ojong" (2014) itu, digambarkan kepedulian P.K. Ojong sampai ke hal-hal kecil.

Ia percaya untuk menghasilkan berita berkualitas, wartawan harus sehat. Fisik harus kuat, karena harus bepergian mencari berita dan acap kali harus lembur.

Perusahaan kemudian membuat kebijakan lewat peraturan perusahaan untuk meningkatkan gizi wartawan. Misalnya:
  • dua butir telur ayam negeri disediakan bagi karyawan yang bekerja malam hari sampai pagi;
  • susu segar hangat juga disediakan bagi yang lembur malam minggu.P.K. Ojong bahkan pernah menghadiahi karyawan sebuah jam tangan karena ia mengamati karyawan tersebut sering tiba di kantor tidak tepat waktu.
Namun yang membuat saya mengingat biografi beliau pagi ini ialah jas hujan bagi wartawan yang tidak luput dari perhatiannya. Suatu hari ia melihat karyawan kehujanan. Itu menggerakkan hatinya membuat peraturan perusahaan untuk memberikan jas hujan setiap tahun kepada karyawan.


Eben E. Siadari

Foto: Allyson Horn wartawan ABC News melaporkan cuaca dengan jas hujan kantornya. Foto: ABC News

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik yang Membuat Merah Telinga para Jurnalis Televisi

Apa yang Membuat Wartawan Bergembira Menjalankan Pekerjaannya