Kiat Baru Menulis Memoar Menurut Reader's Digest
Kata 'baru' pada judul ini bisa misleading. Sebab, menurut Profesor Chiara Formichi, Indonesianis di Universitas Cornell, sesungguhnya tidak ada hal yang benar-benar baru dalam studi Ilmu Humaniora. Yang ada adalah cara berbeda dalam memandang sesuatu, berpikir dengan cara yang lain terhadap sumber-sumber pengetahuan yang tersedia.
Dalam kepenulisan hal yang sama berlaku. Dari dulu hingga sekarang tiada henti lahir metode, teknik, pun kiat menulis. Sering kali ia merupakan reformulasi dari yang sudah ada.
Reader's Digest adalah salah satu majalah tua di AS. Didirikan tahun 1922 majalah ini terkenal dengan gaya storytellingnya, yang sangat dinikmati oleh sasaran pembacanya, yakni pembaca umum keluarga Amerika.
Gaya menulis majalah ini telah dijadikan rujukan, termasuk oleh buku-buku di bidang kepenulisan. Namun tiada henti pula ia menyajikan tulisan tentang bagaimana menulis.
Pada edisi terbarunya, November 2023, misalnya, majalah yang hanya terbit 10 edisi setiap tahun ini memuat artikel Karen Stiller berjudul "A History of You, How to write a memoir -- and why you should." Tulisan ini memaparkan saran menulis memoar bagi non-professional writer. Ia menyarikannya dari praktik menulis memoar yang diajarkan beberapa instruktur kepenulisan.
Memoar yang dimaksud di sini tidak terbatas pada memoar yang hendak dipublikasikan secara umum dan masif. Bisa saja ia adalah memoar terbatas untuk lingkungan keluarga dan sahabat.
Stiller merangkumnya dalam empat kiat berikut ini.
- Ask Why. Temukan alasan untuk menulis. Dan itu bisa banyak hal. Misalnya untuk mengabadikan kenangan yang akan lenyap bila tidak ditulis. Menemukan alasan untuk menulis menjadi penyemangat yang kuat saat motivasi mulai melemah. Tempelkan tulisan berisi alasan itu di tempat Anda biasa mengerjakan draf Anda.
- Where to Start. Memoar tidak selalu merupakan urutan kronologis. Ia bisa dimulai dari mana saja. Salah satunya, menulis dengan menggunakan foto lama sebagai sumber inspirasi. Misalnya foto saat merayakan ulang tahun. Penulis dapat memulainya dengan menggambarkan perayaan itu, siapa saja yang hadir, suasananya, dan refleksi atas perayaan itu.
- Write What You Want. Memoar tidak harus menjelaskan seluruh perjalanan hidup penulisnya. Sebaliknya, penulis dapat menyeleksi peristiwa yang hendak ditulis. Misalnya, bila penulis menganggap ia akan menanggung beban psikologis yang berat bila menuliskannya, lewatkan saja hal itu. Bila menyangkut reputasi persona lain yang akan terganggu bila penulis menceritakannya, pertimbangkan ulang. Pada prinsipnya penulis harus selalu membayangkan bahwa persona yang disinggung itu akan membaca buku itu.
- Don't Second Guess. Jangan terlalu mengkhawatirkan soal struktur atau gaya tulisan. Jangan sampai hal itu mengurungkan tekad menulis. Hal-hal teknis itu dapat dibereskan, misalnya, dengan meminta editor profesional membantu penyuntingan.

Komentar
Posting Komentar