Bila Wartawan Jatuh Cinta


Berulang-ulang saya membaca esai yang ditulis oleh wartawan The Times, Chiara Brown ini. Dan saya terkesima seraya berkata dalam hati betapa beruntungnya perempuan kelahiran Amerika Serikat yang kini bermukim di London ini, memiliki privilese menulis esai sepersonal ini di koran tempatnya bekerja.
 
Esainya berjudul "I Want to Marry A Brit and Have A Baby Who Calls Me Mummy" berkisah tentang bagaimana ia jatuh cinta kepada Inggris sejak masih kecil. Semua hal berbau Inggris ia pelajari secara otodidak. Budayanya, aksennya, artis-artisnya, semuanya.

Di usia 13 tahun ia sudah mematri mimpi untuk tinggal di Inggris. Dan mimpi itu kemudian terwujud. Kini lulusan Columbia University di bidang jurnalistik itu bekerja di London dan semakin bertambah saja rasa cintanya pada negeri idolanya.

Dari esainya kita menyadari betapa cinta bisa berdimensi sangat luas, seperti definisi kamus Oxford: "Cinta mencakup serangkaian keadaan emosional dan mental yang kuat dan positif, mulai dari kebajikan atau kebiasaan baik yang paling luhur, kasih sayang antarpribadi yang terdalam, hingga kesenangan yang paling sederhana." Cintanya pada Inggris membuat ia melihat negeri itu seperti surga. Semuanya yang ada di sana indah adanya. Ia memuja para pria Inggris sebagai mahluk paling nyaman dijadikan teman kencan. "Men here are a lot less commitment phobic, they are funnier and better dressed..." Tidak mengherankan bila ia berani berkata sepak bola Inggris lebih enak ditonton daripada soccer AS.

Taman-taman di Inggris, kata dia, begitu mudah ditemukan karena bertaburan di sekitar perumahan. Dan tidak perlu takut ditodong senjata saat berjalan kaki, seperti yang sering terjadi di kota besar AS.

Inggris, kata dia, lebih nyaman sebagai tempat mencari nafkah. Jatah libur lebih banyak ketimbang di perusahaan-perusahaan AS. Hidup lebih seimbang. Pokoknya Inggris dan AS berbanding langit dan bumi.

Agar lebih meyakinkan, Chiara menunjukkan bahwa pendapatnya merupakan aspirasi banyak orang AS. Ia mengutip survei yang dilakukan oleh koran AS, US News & World, yang mengatakan orang AS menganggap Inggris adalah negeri terbaik di dunia. Dan ini terbukti, sejak tahun 2013, jumlah orang AS yang tinggal di Inggris terus bertambah.

Banyak orang-orang muda AS memilih mengadu nasib ke negeri ini. Panduan untuk mendapat paspor Inggris sangat menjamur di Youtube. "They want to buy flats and marry Brits and have children who call them Mummy," tulis dia.

Chiara Brown telah mempromosikan Inggris dengan cara yang menarik, di tengah inflasi tinggi dan kesulitan ekonomi yang dihadapi negara itu. Mungkin Indonesia perlu juga duta semacam ini.

Eben E. Siadari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik yang Membuat Merah Telinga para Jurnalis Televisi

Apa yang Membuat Wartawan Bergembira Menjalankan Pekerjaannya