Bagaimana Sosok Wartawan Menurut AI? Perempuan, Sendirian, dan Berpenampilan Sopan
Ada sebuah riset di jurnal "Digital Journalism" yang saya baca beberapa hari ini. Judulnya "What Does a Journalist Look like? Visualizing Journalistic Roles through AI." Artikel riset ini ditulis oleh Ryan J. Thomas dari Washington State University dan T.J. Thomas dari Queenslan University of Technology, Brisbane, Australia. Artikel yang terbit 7 Juli 2023 itu menyajikan gambar fisik wartawan yang dibuat oleh kecerdasan buatan (Artificial Intelligence, AI) berdasarkan algoritma. Hasilnya sangat menarik.
Gambaran fisik wartawan, menurut rekayasa AI, terlihat seperti rangkaian foto yang saya tampilkan di catatan ini. Foto bagian atas tercipta tatkala kata "Journalist" dipakai sebagai kata kunci pencarian. Di sini jurnalis terlihat sebagai profesi yang independen dan terisolasi. Ia tampak sendirian, tidak ada rekan kerja yang terlihat. Juga tidak ada peralatan (seperti kamera) dan sumber-sumber yang diandalkan oleh para jurnalis untuk mendapatkan kutipan dan komentar.
Yang lebih menarik lagi, bahwa jurnalis ditampilkan sebagai seorang wanita. Penampilannya atraktif, berhias dengan kosmetik, tetapi konservatif yang sangat sopan. Misalnya, tidak ada tato atau tindikan yang terlihat di bagian kulitnya yang putih.
Sementara itu bila gambar wartawan direkayasa dengan menggunakan kata kunci Reporter, gambaran profesi ini menjadi lebih kolektivis dan berada pada posisi tertentu (rangkaian gambar bawah). Sosok reporter diperlihatkan sebagai perempuan berpenampilan menarik, berkulit putih, dan berpakaian konservatif. Ia sedang berinteraksi dengan orang, atau setidaknya mengamati mereka.
Dalam gambar, tampak reporter memperhatikan dua sosok lain yang tidak jelas di kejauhan dan dia mempunyai semacam buku catatan di tangannya yang sedang dia gunakan untuk mendokumentasikan pengamatannya. Reporter juga digambarkan berada di luar ruangan atau setidaknya berada di dekat lingkungan luar ruangan dengan gedung-gedung tinggi.
Menurut kedua peneliti, ada 84 gambar yang dihasilkan dalam riset mereka. Selain kata kunci Journalist dan Reporter, penelitian ini juga menggunakan kata kunci lainnya, untuk memperoleh gambar yang mewakili wartawan yaitu The Press, News Analyst, News Commentator dan Fact Checker. Untuk catatan ini saya hanya mengutip hasil riset untuk kata kunci Journalist dan Reporter.
Menurut kedua peneliti, studi ini bermaksud mengeksplorasi inovasi AI dalam mengungkap pemahaman bawah sadar tentang apa artinya menjadi seorang jurnalis. Peneliti melakukan pengujian platform penghasil gambar algoritmik berbasis browser untuk mengeksplorasi empat kata kunci yang disebutkan tadi. Itulah yang kemudian menghasilkan kumpulan gambar sebagai kesadaran kolektif dan memvisualisasikan sifat dan hubungannya.
Selain menghasilkan gambar, studi tersebut juga menyajikan tafsiran terhadap gambar itu. Sebagai contoh tentang gambar dengan bingkai bahu ke atas yang dihasilkan dengan kata kunci Journalist.
Menurut kedua peneliti, ini sangat dekat dengan gambar profil media sosial wartawan pada umumnya. Ini menunjukkan pentingnya platform digital bagi identitas jurnalistik dan dalam praktik pelaporan berita.
Selanjutnya, jurnalis ditampilkan sebagai seorang wanita berpenampilan konservatif, mengenakan kemeja lengan panjang ketat yang terkadang disertai dengan dasi. Ini secara stereotip diasosiasikan dengan jenis maskulinitas pekerja kerah putih.
Hal ini, kata kedua peneliti, kemungkinan mencerminkan visi seorang jurnalis profesional yang diasosiasikan sebagai pekerja kerah putih. Mereka merasa nyaman berada di eselon kekuasaan dan menikmati interaksi dengan sumber-sumber elit.
Salah satu gambar juga memperlihatkan jurnalis tanpa mulut. Hidung jurnalis digantikan dengan sebuah ujung seperti paruh dan, di bawahnya, terdapat lubang hitam yang menganga. Dalam bingkai ini, jurnalis tampak memandang ke bawah dengan nada mengancam -- atau setidaknya dengan sikap tegas -- pada apa pun yang ada di hadapannya.
Tafsiran selanjutnya terhadap gambar yang dihasilkan dengan kata kunci Reporter menghasilkan sosok yang berada di luar atau setidaknya berada di dekat lingkungan perkotaan dan gedung-gedung tinggi. Ini menunjukkan bahwa reporter bermarkas di pusat kota dengan akses mudah ke sumber dan lokasi kekuasaan.
Orientasi reporter terhadap gedung ini menunjukkan bahwa ia terlibat dalam fungsi pengawas jurnalisme. Dengan kehadirannya, wartawan dipandang secara proaktif menjaga akuntabilitas kekuasaan.
Yang unik, ia digambarkan mengenakan warna oranye yang khas di balik jaketnya. Warna oranye ini, menurut kedua peneliti, mengingatkan pada rompi keselamatan yang dikenakan dalam profesi yang diatur secara ketat seperti penegakan hukum dan konstruksi.
Secara visual ini mengundang multitafsir. Di satu sisi, bisa jadi reporter – berdasarkan fungsi akuntabilitasnya – merupakan simbol dan personifikasi keselamatan dan tata kelola yang baik. Sebaliknya, keharusan mengenakan warna-warna mencolok yang terkait dengan keselamatan dapat menunjukkan kerentanan yang dihadapi jurnalis sebagai sasaran pelecehan dan kekerasan.
Studi tentang bagaimana potret wartawan, menurut kedua peneliti, sesungguhnya bukan hal baru. Telah banyak pendekatan untuk memotret "Siapakah Wartawan" termasuk dengan penyelidikan dalam budaya popular. Aspek visual dari profesi jurnalis diharapkan mampu membentuk pemahaman tentang profesi ini dan bagaimana jurnalisme seharusnya dipraktikkan.

Komentar
Posting Komentar